Posts

Showing posts from March, 2017

BIOGRAFI BERNARD BATUBARA

Image
image Jody Lelaki yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan seni terutama tulisan dan fotografi. Lahir di Pontianak, 9 Juli 1989. Bernard Batubara yang biasa dipanggil Bara mendalami dunia menulis sejak pertengahan 2007. Beberapa tulisannya pernah di muat di majalah budaya, surat kabar lokal maupun nasional, portal-portal daring, dan antologi bersama penulis lain. Kumpulan puisi yang berjudul Angsa-Angsa Ketapang diterbitkan pada tahun 2010. Saat Bara masih duduk di bangku mahasiswa jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia. Dikuti dari blog www.bintang.com Bara mengakui mulai tertarik dengan menulis saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Keinginannya semakin kuat untuk lebih mendalami menulis setelah membaca tulisan dari J.K Rowling yang terkenal dengan series Harry Potter-nya. Waktu mengenyam pendidikan di bangku kelas satu SMA, untuk pertama kalinya Bara telah menyelesaikan satu novel yang berjudul Cross Road of Love. Untuk merampungkannya butuh waktu 2 tahun.

KUMPULAN PUISI DARI EDISI ANGSA-ANGSA KETAPANG OLEH BERNARD BATUBARA

Image
image Wiraga TEMPIAS sebelumnya aku pernah mendamba rincikMu kota-kota ini, tuan, adalah kota yang berasal dari senja di dalam lembar-lembar kosong kitab suciMu hangat, sebentar, melelehkan, dan melelahkan tapi kematian terlahir sebagai harakat yang panjang ia harus panjang pula diucapkan, ia telampau jauh namun menyala demikian dekat demikian terang kota-kota ini tumbuh dari kealpaan, aku adalah napasMu napasMu telah larut dalam hampa udara dalam doa-doa sebelumnya aku pernah begitu mendamba rincikMu sebelum engkau menjelma tempias yang halus namun amat basah demikian lekat demikian erat KAMAR kata-kata yang sudah tua tinggal di dalam kamar rindu menekuk lutut di sudut luka bergelantungan di pintu tidak ada lampu untuk masa lalu atau cinta yang terbaring dan dendam cuma kenangan tersangkut di sarang laba-laba dan ingatan membungkus tubuhnya yang biru tidak ada kita di atas kasur atau sisa napas di pinggir bantal cuma kepergian yang membekas di jendela dan selembar tirai yang masih men

FILOSOFI KOPI (chapter 1) OLEH DEE

Image
image Grant Filosofi Kopi (1996) Kopi… k-o-p-i. Sudah ribuan kali aku mengeja sembari memandangi serbuk hitam itu. memikirkan kira-kira sihir apa yang dimilikinya hingga ada satu manusia yang begitu tergila-gila: Ben… B-e-n. Ben pergi berkeliling dunia, mencari koresponsden di mana-mana demi mendapatkan kopi-kopi terbaik dari seluruh negeri. Dia berkonsultasi dengan pakar-pakar peramu kopi dari Rima, Paris, Amterdam, London, New York, bahkan Moskow. Ben, dengan kemampuan berbahasa pas-pasan, mengemis-ngemis agar bisa menyelusup masuk dapur, menyelinap ke bar saji, mengorek-ngorek rahasia namun kopi dari barista-barista caliber kakap demi mengetahui takaran paling pas untuk membuat cafĂ© latte, cappuccino, espresso, Russian coffee, macchiato, dan lain-lain. sampai tibalah saatnya Ben siap membuka kedai kopinya sendiri. Kedai kopi idealis. Setahun lalu aku resmi menjadi partner kerjanya. Berdasarkan asas saling percaya antarsahabat ditambah kenekatan berspekulasi, kuserahkan seluruh tabun

FILOSOFI KOPI (chapter 2)

Image
Wajah Ben langsung mengeras. Tamu kami itu pun tersadar akan ketegangan yang ia ciptakan. ‘Aku bercanda kok, Dik. Kopinya uenak, uenak! Sungguh!’ ‘Memangnya Bapak pernah coba yang lebih enak dari ini?’ Ben bertanya dengan otot-ott muka ditarik. Tambah pak, bapak itu terkekeh-kekeh, ‘Tapi nduk jauhlah dengan yang Adik bikin.’ ‘Tapi tetap lebih enak, kan?’ Suara Ben terus meninggi. Jakun bapak itu bergerak gugup, ia melirikku, melirik Ben, dan akhirnya mengangguk. ‘Di mana Bapak coba kopi itu?’ ‘Tapi… tapi… ndak jauh kok enaknya! Bedanya sedikiiit… sekali!’ Usahanya untuk menghibur malah memperparah keadaan. Beberapa pengunjung memanggili Ben, tapi tidak digubris sama sekali. Kaki Ben tertanan di lantai. Seluruh keberadaannya terpusat pada bapak itu. Dan bukan dalam konteks yang menyenangkan. ‘Di mana?’ ‘Wah. Jauh tempatnya, Dik.’ ‘DI-MA-NA?’ Belum pernah kulihat Ben seperti itu. seolah tidak satu hal pun di dunia ini yang bisa mengalihkan energinya, fokusnya. Aku memilih beringsut menj