Posts

Showing posts from May, 2017

CERPEN BRANDAL DAN PASUKAN KODOK OLEH CANDRA MALIK

Image
image Mark Twain Brandal menggulung bendera. Tak ada lagi kain hitam yang dikibarkan sejak ia kalah melawan seorang tua bernama Makdum. Bola-bola emas yang menjadi bola-bola api itu telah merajam dadanya. Brandal hangus oleh dosa-dosa, dan takluk menjadi satu-satunya pilihan untuk terbebas dari siksa berikutnya. Hanya dengan bertapa di kali, ia bisa diampuni. Pendekar berdarah biru dan berikat kepala gelap yang kerap menutup separuh wajahnya dengan cadar itu memang berhasil merebut tongkat dari cengkeraman Makdum hingga kakek bersurban putih itu terjungkal. Alih-alih merampok habis, nyalinya justru dihabisi. Tercekat tenggorokannya ketika Brandal mendengar Makdum berurai airmata mengurai kata demi kata. “Tidak. Aku bukan menangisi lutut tuaku yang terkoyak, bukan pula karena kuda-kuda tongkatku telah kau sibak,” ucap Makdum. “Ini, tongkatmu. Jangan lagi kau menangis. Sebengis-bengis aku mengalahkan Kethuk Lindu, tidak akan kuperlakukan kau seberingas jurus-jurusku pada raja perampo

CERPEN MAWAR HITAM OLEH CANDRA MALIK

Image
image Interflora Engkau adalah kata yang hendak diucapkan pensil yang, meski telah kuruncingkan, ternyata tak segera berani memilih aksara pertama. Namamulah yang pada mulanya akan kutulis, namun kita belum saling mengenal. Kau diam di sana, duduk dengan selembar kertas kosong dan sebatang pensil pula. Aku di sini. Dan, kita bernasib sama. Pada akhirnya kugambar saja ruas senyum yang kaubenamkan di antara bibir indahmu yang cemberut. Layak kuduga kau menunggu seseorang. Seseorang yang sangat dekat, yang sanggup membuatmu gagal menulis menu. Kau menantinya pasti untuk bertanya, ”Jadi, kita pesan apa?“ Aku memesan secangkir kopi saja. Tanpa gula. Aku memang tak terlalu suka pemanis untuk hal-hal yang memang dikodratkan pahit. Jika tak meninggalkan serangkum bunga mawar beraneka warna di toko, demi mengikuti langkahmu ke sini, aku takkan pernah bisa secermat ini mengarsir lekuk pipimu. Alis tebal seperti itu hanya dimiliki bidadari, apalagi dengan kelopak mata yang terlihat berjodoh

CERPEN GADIS KUPU-KUPU OLEH CANDRA MALIK

Image
image Belle Sehelai daun jatuh dari setangkai mawar, disusul derai bulu-bulu bunga ilalang yang berguguran. Senja dan angin laut melepas rekah-rekah kulit semesta di garis cakrawala. Merah bata berubah warna, menggelap, lambat laun menggulita. Bintik-bintik di atas sana, bintang-gemintang itu, ah, tak ada yang disebut rasi kupu-kupu. Langit tak lagi sebenderang ketika engkau datang. Masih di sini aku menantimu, memegang selembar kertas bergambar kupu-kupu. Engkau berjanji mewarnainya dengan pastel biru. ’Mana ada kupu-kupu bersayap biru?’ tanyaku. ’Ada! Kupu-kupu angkasa. Dia terbang sangat tinggi, menyatu dengan langit,’ jawabmu. Kita masih sangat hijau saat saling berkenalan. Di gurun pasir pesisir ini, kita mengkhayalkan taman yang sama: tak perlu kaktus. Kita lebih suka mawar, liuk-lekuk sungai dangkal yang airnya bening menampakkan batu-batu, dan Dandelion yang berkejaran ditiup angin. ’Satu lagi. Harus ada bunga matahari. Harus!’ pintamu. Jika ada bunga matahari di sini, kupu

2 Resep Bumbu Ikan Bakar Buatan Sendiri

Image
Ikan bakar merupakan makanan yang pastinya sudah sering Anda lihat, dan bahkan mungkin juga Anda nikmati. Apalagi di Indonesia, di mana sungai dan laut sangatlah mudah ditemukan. Tak ada yang bisa mengalahkan lezatnya menikmati ikan bakar yang dimasak sesaat setelah ditangkap di laut atau sungai. Namun kunci utama dari nikmatnya ikan seperti ini adalah bumbu ikan bakar yang dioleskan sebelum dan setelah ikan dimasak. Ada banyak bumbu yang bisa Anda buat untuk dioleskan ke ikan bakar ini. Salah satu yang paling sederhana namun efektif adalah: Bahan: - Olesan pertama: kecap manis (4 sdm), minyak sayur (2 sdm), margarin cair (2 sdm). - Ketumbar, 3 sendok - Bawang putih, 5 siung - Bawang merah, 4 butir - Lengkuas, 5 cm - Cabai merah, 4 buah - Kemiri, 5 butir - Asam Jawa, 3 buah - Garam halus, 1 sdt Cara memasak: 1. Campur semua bumbu pertama, lalu oleskan ke ikan yang sudah dibersihkan sebelum dibakar. 2. Kemudian haluskan semua bahan bumbu halus, tumis sampai aromanya keluar. 3. Tambahkan

CERPEN PURNAMA TENGGELAM DI RAJASTHAN OLEH BADRUL MUNIR CHAIR

Image
image Tentu saja kau tak ingin menjadi Kurawa seperti dalam kisah Mahabharata karya Mpu Vyasa yang pernah kaubaca ketika masih remaja. Kau ingin menjadi Gatotkaca, ksatria Pandawa yang selalu kau kagumi. Namun kini kau tak lagi percaya pada cita-cita. Sayap-sayapmu patah, hatimu remuk. Kau mulai mengutuk, meragukan cerita-cerita dalam Mahabharata, kau menyesal karena pernah bermimpi untuk menjelajahi India, hanya karena seorang perempuan? Ah! Kau baru saja tiba di Negeri Rembulan. Ya, Negeri Rembulan yang selama ini hanya ada dalam angan-anganmu, menggenapi mimpi-mimpi remajamu. Akhirnya kau bisa menginjakkan kedua kakimu di Rajasthan, tempat kau bisa melihat purnama dari titik paling sempurna dari belahan dunia mana pun. Ketika kemudian kau tak sengaja melihat perempuan itu datang dari arah berlawanan, begitulah, kalian lalu berkenalan. Adalah hal biasa bukan? Kau selalu berkenalan dengan orang-orang yang kau temui selama perjalananmu. Tapi ia berbeda, batinmu. Wajah perempuan itu

CERPEN PERAHU MORANTAB OLEH BADRUL MUNIR CHAIR

Image
image Selma Matahari sore membiaskan warna jingga pada air laut ketika Morantab berjalan menyusuri tepian pantai dengan kaki telanjang. Sesekali ombak kecil datang ke tepian membasahi kakinya, hingga tiba-tiba Morantab merasakan kaki kirinya menginjak sesuatu empuk yang tak asing: kotoran manusia. Tak jauh dari pandangannya, seorang laki-laki duduk berjongkok menghadap laut, menyingkap sarungnya hingga pundak, kedua matanya terpejam, dan dahinya mengerut seperti menahan sesuatu. “Huh… patek!” Morantab mendengus, jengkel. Morantab menepikan sampah-sampah yang berserak di tepian pantai. Ia mendekati perahu-perahu yang berderet di sepanjang tepi. Setiap sore ia harus memeriksa perahunya yang dilabuhkan di ujung desa, tak jauh dari gugusan karang tanda batas kecamatan. Morantab memastikan tali tambang terikat kuat dan perahunya tak akan hanyut terbawa angin pasang. Perahu diikat dengan temali pada pohon lontar. Tak perlu jangkar, sebab perahu itu dilabuhkan di tanah pasir, hanya berjaga-